PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbicara tentang administrasi pembangunan kesehatan, sebenarnya belum ada literatur khusus yang membahasnya. Saat ini pijakan berpikir dalam konteks administrasi pembangunan kesehatan masih diilhami oleh ilmu administrasi negara dan ilmu administrasi pembangunan. Disiplin ilmu ini umumnya telah diajarkan pada kajian ilmu sosial dan ilmu politik.
Dari literatur yang ada mengatakan bahwa, ilmu administrasi pembangunan belumlah diakui ataupun belum merupakan suatu disiplin ilmu yang telah berkembang. Dalam pandangan beberapa ahli dan penulis dewasa ini, perkembangan ke arah ilmu administrasi terus diupayakan. Bila melihat asal usul ilmu administrasi pembangunan yang dikembankan saat ini banyak yang mengatakan bahwa disiplin ilmu ini berakar dari ilmu administrasi Negara.
Seperti yang diakui oleh Kristiadi (1994) bahwa administrasi pembangunan sebenarnya merupakan salah satu paradigma administrasi negara yaitu paradigma yang berkembang setelah ilmu administrasi negara sebagai ilmu administrasi pada sekitar tahun 1970. Mengacu dari kerangkan perkembangan administrasi pembangunan seperti tersebut di atas. Kristiadi memberi pengertian tentang Administrasi Pembangunan adalah Administrasi Negara yang mampu mendorong ke arah proses perubahan dan pembaruan serta penyesuaian. Oleh karena itu administrasi pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya. Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan.
Rumusan Masalah
Bagaimana Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan?
Bagaimana Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan?
Bagaimana Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan?
Bagaimana Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia?
Tujuan
Untuk mengetahui Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan
Untuk mengetahui Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan
Untuk mengetahui Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan
Untuk mengetahui Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan
Administrasi Pembangunan yang dikembangkan itu berasal dari disiplin ilmu yang mendahului, yaitu administrasi Negara. Pada abad ke 19 dapat dikemukakan sebagai permulaan perkembangan Ilmu Administrasi Negara yang dipelopori oleh penulis-penulis dan praktisi-praktisi Administrasi Pemerintahan di Amerika Serikat yaitu antara lain : Woodrow Wilson, Frank J. Goodnow, Leonard D. White, dan bahkan tulisan Alekxis de Tocqueville jauh sebelumnya dianggap pula awal perkembangan Ilmu Administrasi Negara. Perkembangan Ilmu Administrasi Negara lebih relevan bagi Negara-negara yang sudah maju.
Para ahli Ilmu Administrasi Negara, kemudian memberikan perhatian pula terhadap dua hal, yaitu:
Administrasi bagi negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang mengalami masa perubahan (dari masyarakat tradisional agraris ke arah masyarakat maju dan mulai memperkembangkan industri).
Yang kedua adalah perhatian kepada masalah interrelasi antara administrasi sebagai praktek di bidang-bidang kehidupan lain.
Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan
Pengamatan yang cermat atas pertumbuhan dan perkembangan administrasi pembangunan sebagai suatu disiplin ilmiah yang relatif baru menunjukan bahwa usaha para pakar untuk mengembangkan teori administrasi pembangunan sesungguhnya telah mulai setelah Perang Dunia II berakhir yang kemudian berlanjut secara lebih intensif pada dekade enam puluhan. Setelah berakhir Perang Dunia II, timbul pola baru dalam hubungan antarbangsa di dunia.
1. Terdapat negara-negara yang menang pada Perang Dunia tersebut Yaitu negara-negara yang menang pada Perang Dunia tersebutnegara-negara sekutu dan dipihak lain ada negara-negara yang kalah.
2. Pola kedua yang timbul dalam hubungan antar negara ialah bahwa disatu pihak terdapat negara-negara bekas penjajah dan di pihak lain terdapat negara-negara baru, yaitu bekas jajahan yang memperoleh kemerdekaannya dengan berbagai cara, seperti melalui perang kemerdekaan dan atau melalui meja perundingan.
Para Pragmatis akan mengatakan walaupun negara-negara bekas penjajah bersedia memberikan bantuan kepada negara-negara bekas jajahannya, sesungguhnya dasarnya bukanlah karena sikap yang altruistik dan bukan pula karena landasan moralitas, melainkan juga karena kepentingan nasional. Artinya, negara-negar bekas penjajah masih tetap memanfaatkan hubungan sejarah dan emosional yang bersifat khusus itu demi kepentingan sendiri yang dalam segi ekonomi mengambil dua bentuk.
a) Bentuk pertama adalah menjadikan negara-negara bekas jajahan itu sebagai sumber bahan mentah atau bahan baku yang diperlukan untuk industri tertentu dalam negerinya sendiri.
b) Bentuk kedua adalah menjadikan negara bekas jajahan itu sebagai pasar bagi produk yang dihasilkannya.
Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan
Implementasi kegiatan-kegiatan pembangunan disuatu negara telah menimbulkan adanya kebutuhan untuk mengembangkan suatu disiplin ilmiah baru yang menjadi sarana dalam mencapai pembangunan suatu negara dan bangsa ditinjau dari segi administrasi.
Sebagai disiplin ilmiah, Administrasi Pembangunan menjadi titik tolak berhasil tidaknya suatu bangsa dalam membangun masyarakat untuk bisa mencapai kemakmuran yang merata di segala bidang.
Pada dasarnya administrasi pemangunan merupakan cabang dari Administrasi Negara, sehingga kaidah-kaiah umum yang ada di administrasi negara berlaku pula pada administrasi pembangunan.
Dalam perkembangannya para ahli ilmu administrasi negara memberikan pengertian yang berbeda terhadap dua hal yaitu:
a. Administrasi di negara-negara yang sedang berkembang.
b. Administrasi yang berada pada negara-negara sudah maju.
Konklusi dari penemuan (CAG-Comparative Administration Group) memberikan keputusan perlunya dibentuk administrasi pembangunan, untuk meningkatkan kemajuan masyarakat di negara-negara sedang berkembang. Dipandang perlunya membentuk administrasi pembangunan ini dikarenakan beberapa hal, yaitu:
1) Bahwa teori ilmu administrasi negara yang selama ini mereka kuasai dan kembangkan tidak begitu saja dapat dialihkan ke negar-negra yang sedang membangun.
2) Agar bantuan yang diberikan di bidang administrasi mencapai sasarannya, para pakar tersebut merasa perlu untuk menciptakan suatu disiplin ilmiah baru yang dapat diterapkan dalam mnyelenggarakan seluruh kegiatan pembangunan dengan segala seginya
3) Demi perkembangan ilmu administrasi yang mutakir serta sesuai dengan tuntutan praktek dilapangan, para pakar yang berpengalaman dinegeri sendiri dan di negara lain di mana mereka pernah ditempatkan dalam rangka bantuan luar negeri, merasa perlu untuk mengembangkan studi perbandingan dibidang administrasi.
4) Masih terdapar jurang yang lebar antara negar-negara yang kaya dengan negar-negara yang miskin disamping itu ditekankan betapa pentingnya kerjasama nasional dalam usaha memperlancar kegiatan-kegiatan pembangunan.
Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia
Pembangunan administrasi kesehatan di indonesia dapat dilihat dari 2 sudut pandang saat penjajahan dan setelah penjajahan:
Zaman Pemerintahan Belanda
Pada masa itu dijalankan oleh Jawatan masyarakat terutama sekali dalam bidang Rumah sakit dan Balai balai pengobatan.
Dalam bidang Preventif dijalankan antara lain:
Pencegahan routine.
Vaksinasi terhadap penyakit typhus dan pes.
Pemberantasan penyakit cacing tambang, banyak dilakukan di perkebunan dengan obat oleum chemopodii.
Penyediaan air bersih dijalankan hanya di kota besar.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa usaha-usaha Public Health dalam arti kata sebenarnya belum banyak dijalankan.
Zaman Pemerintahan Jepang
Usaha pada masa tersebut hampir tidak berjalan. Sehingga usaha sampai 1941 menjadi hancur kembali. Usaha-usaha di bidang curatif macet oleh karena tidak ada obat dan alat-alat perawatan. Pencacaran tidak dapat dijalankan secara teratur lagi. Di sana sini timbul malaria, disentri yang mengakibatkan banyak korban oleh karena tidak ada obat dan daya tahan tubuh rakyat menurun atau berkurang oleh karena makanan berkurang pula.
Zaman Revolusi Fisik (1945-1950)
Gambaran suram pada zaman Jepang masih terus berlangsung, pada tahun 1945 sampai tahun 1950 terutama di daerah-daerah pertempuran, keadaan di daerah yang diduduki Belanda lebih baik sedikit. Tetapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa usaha-usaha di bidang Public Health masih banyak tidak dijalankan, dan tahun 1950 timbul wabah cacar yang mula-mula terjadi di Sumatera Tengah baru ke daerah lain, mislanya Sumut, Aceh, Jawa, dan sebagainya.
Sesudah tahun 1950
Masa ini ditandai dengan meningkatnya perhatian Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Public Health antara lain tersusunnya Kementerian Kesehatan atas bagian-bagian:
K.I.A.
Pemberantasan penyakit tbc, kusta, frambusia.
Pendidikan Kesehatan kepada rakat.
Statistik.
Pada tahun 1950 Pemerintah Indonesia menjadi anggota WHO dan bantuan Indonesia dari Unicef banyak usaha-usaha tentang pemberantasan dapat dimulai dan diperkembangkan:
Vaccinasi BCG untuk TBC.
Pemberantasan penyakit frambusa dengan penicillin.
Pemberantasan penyakit kusta dengan DDS.
Pada tahun 1951 di daerah Bandung dimulai usaha-usaha pelayanan kesehatan kepada rakyat yang menginterpretasikan kegiatan preventiv dan curativ. Dalam rangkaian itu pelayanan kesehatan tersebut didirikan instansi yang diberi nama Pusat Kesehatan (Health Center), kemudian nama yang terakhir adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dan meliputi prinsip-prinsip dasar dari Public Health yakni: “THE BASIC SEVEN”. Rencana ini dikenal dengan nama Bandung Plane dan dicantumkan laporan di WHO yang mengadakan rapatnya di Janewa 1953. Dalam rencana tersebut rakyat diikutsertakan untuk lebih pesat dalam usaha-usaha bidang preventiv.
Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980 an dilakukan penyusunan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang terjadi dari: Pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Orang Kesehatan dan Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional. Pada awal tahun 1990 an diadakan persiapan untuk penyusunan Undang-undang tentang Kesehatan. Dalam persiapan tersebut dasar-dasar Pembangunan Kesehatan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan masukan utama untuk penyusunan asas pembangunan kesehatan.
Pada akhirnya sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 9 asas pembangunan tersebut meliputi 6 asas yaitu: Perikemanusian, Manfaat, Usaha Bersama dan Kekeluargaan, Adil dan Merata, Perikehidupan dan Keseimbangan dan Kepercayaan pada Kemampuan dan Kekuatan Sendiri.
Sidang Kesehatan Sedunia tahun 1998 telah menetapkan “Health for-All polio / for the twenty first century” dimana di dalamnya termasuk “World Health Declaration”. 10 Bila dibandingkan isi dari deklarasi tersebut dengan empat dasar yang dikemukakan cukup sebanding. Deklarasi tersebut sangat menekankan pentingnya pemerataan dan pemberdayaan upaya kesehatan di negara-negara anggota WHO.
Dalam analisa ini Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan ini akan difokuskan pada adanya:
Kesesuaian (corespond) dari Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan ini dengan berbagai fakta atau kenyataan yang diperoleh dari hasil evaluasi di Indonesia dan global, serta
Keterkaitan atau hubungan (coherence) dengan pemikiran yang terdahulu atau pemikiran lain yang terkait.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009, telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2005, Renstra Departemen Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program: Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Sehat, Upaya Kesehatan masyarakat ,upaya kesehatan perorangan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sumber daya kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, kebijakan dan manajemen pembangunan, kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pendidikan kedinasan, pengelolan SDM aparatur, penyelenggaraan pimpinan kenegaraan, dan kepemerintahan, peningkatan pengawasa dan akuntanbilitas aparatur Negara.
Dalam perjalanan pelaksanaan pembangunan kesehatan sampai dengan akhir tahun 2005, berbagai masalah dan tantangan dalam pembangunan kesehatan telah berkembang semakin berat dan kompleks dan kadang-kadang tidak terduga. Dalam upaya mananggulangi masalah kesehatan dan menghadapi tantangan dimaksud. Departemen kesehatan juga telah menata kembali organisasi dan tata-kerjanya.
Pembangunan kesehatan dilihat dari sudut pandang pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan:
Masa pra kemerdekaan
Abad ke-16
Pemerintahan belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807
Pemerintahan jendral daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkahnya tenaga pelatih.
Tahun 1888
Berdiri pusat laboratorium kedokteran dibandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya dimedan, semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasa penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di purwokerto, banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927
STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadu FKUI. Sekolah dokter tersebut punya peran besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat.
Tahun 1930
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Tahun 1935
Dilakukan program pemberantasa pes, karena terjadi epidemic, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasin massal.
Masa Era Kemerdekaan
Pra reformasi
Masa orde lama
Tahun 1951
Diperkenalkannya konsep bandung (bandung plan) oleh Dr. Y. Leimena dan dr. patah (yang kemudian dikenal dengan patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO, diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unti-unti organisasi fungsional dari dinas kesehatan kabupaten ditiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut puskesmas.
Tahun 1956
Dr. Y. Sulianti mendirikan “proyek bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan perdesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1962
Pada tanggal 12 november 1962 presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi hari kesehatan nasional (HKN).
Masa orde baru
Tahun 1967
Konsep bandung plan terus dikembangkan, tahun 1967 di adakan seminar konsep puskesmas. Pada tahun 1968 konsep puskesmas ditetapkan dalam rapat kerja kesehatan nasional dengan disepakatinya bentuk puskesmas yaitu tipe A, B, dan C. kegiatan puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ‘basic’. Ada basic 7, basic 13 health service yaitu: KIA, KB, gizi mas, kesling, P3M, PKM, BP, PHN, URS, UHG, UKJ, lab pencatatan dan pelaporan
Tahun 1968
Rapat kerja kesehatan nasional dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (depkesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan dikota madya/kabupaten.
Tahun 1969
Sistem puskesmas disepakati dua saja. Yaitu tipe A ( dikepalai dokter) dan tipe B (dikelolah paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dkenal dengan masa pelita I. dimulai program kesehatan puskesmas disejumlah kecamatan dari sejumlah kabupaten ditiap propinsi pada tahun 1969, tipe puskesmas menjadi A dan B.
Tahun 1977
Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangani kesepakatan visi: Health For All By Year 2000”, di Alma Ata, Negara bekas federasi uni soviet, pengembangan dari konsep “primary Health care”.
Tahun 1979
Tidak dibedakan antara puskesmas tipe A atau B, hanya ada satu tipe puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan sertifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standart). Selanjutnya puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu micro palnning untuk perencanaan, dan lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984
Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dan sebagainya.
Awal tahun 1990-an
Puskesmas berubah menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Reformasi
Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan askes ke pelayanan kesehatan rendah, kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan program-program kesehatan bernuansa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuansa ‘politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian menjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat. Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi ujung tombak ‘mobilisasi sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut akuntanbilitas dan kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan untuk menuntut akuntanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai ‘partnership’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat) petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi / desentralisasi saat ini sektor kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut juga sebagai era ‘Political Health’, maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai strategi.
Secara universal perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era, dengan dasar pembagian 5 unsur, yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Administrasi Pembangunan yang dikembangkan itu berasal dari disiplin ilmu yang mendahului, yaitu administrasi Negara. Pada abad ke 19 dapat dikemukakan sebagai permulaan perkembangan Ilmu Administrasi Negara yang dipelopori oleh penulis-penulis dan praktisi-praktisi Administrasi Pemerintahan di Amerika Serikat
Pengamatan yang cermat atas pertumbuhan dan perkembangan administrasi pembangunan sebagai suatu disiplin ilmiah yang relatif baru menunjukan bahwa usaha para pakar untuk mengembangkan teori administrasi pembangunan sesungguhnya telah mulai setelah Perang Dunia II berakhir yang kemudian berlanjut secara lebih intensif pada dekade enam puluhan.
Sebagai disiplin ilmiah, Administrasi Pembangunan menjadi titik tolak berhasil tidaknya suatu bangsa dalam membangun masyarakat untuk bisa mencapai kemakmuran yang merata di segala bidang.
Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Administrasi Pembangunan Kesehatan khususnya dalam Sejarah yang terdapat dalam Administrasi Pembangunan Kesehatan. Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar ke depannya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan: Konsep, Teori dan Implikasinya di Era Reformasi. AlfaBeta. Bandung
Suhadi. 2015. Administrasi Pembangunan Kesehatan. Trans Info Media. Jakarta
www.medkes.net
www.fkmunsrat.com